Rabu, 18 Juni 2008
- 23.50
- Erwin Arianto
- Artikel
- No comments
Indonesia bukan lagi bangsa yang ramah, kenapa saat ini berita di media menurunkan informasi yang mengagetkan masyarakat dengan informasi banyak tentang kekerasan yang terjadi. praktik kekerasan tak henti-hentinya mengisi ruang pandang anak bangsa.Kekerasan terjadi karena banyak faktor dan sangat kompleks, dari yang sepele, hingga bermotif agama, ras, yang terkadang dibumbui kepentingan ekonomi dan politik. hal ini memperkuat anggapan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang mengutamakan Kekerasan. Kekerasan yang dahulu banyak dilakukan oknum militer dan aparatur negara, kini telah banyak dilakukan masyarakat biasa.
Beberapa contoh dari kekerasan yang dilakukan FPI yang berlatar Agama, Geng Motor yang berlatar pergaulan, di kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Di sini, sejumlah praja (mahasiswa) senior menendang, memukul, dan menganiaya para mahasiswa juniornya. Aksi kekerasan yang berdalih pembinaan kedisiplinan ini telah menyebabkan beberapa praja (junior) meninggal dunia dan lainnya cacat fisik dan mental, Di Sekolah pelayaran hal tersebut juga ditemukan hal yang sama, dan Sejarah baru indonesia mencatat kekerasan juga dilakukan perempuan yaitu Geng Nero (Neko-Neko Di keroyok) di Pati jawa timur yang menggambarkan kekerasan juga dilakukan oleh kaum Hawa. dan contoh kasus lainya. Hal ini menunjukan Kekerasan telah terjadi di berbagai bidang, oleh semua gender, dan berbagai usia.
Dari Wikipedia Indonesia Kekerasan adalah merujuk pada tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dll.) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan - hingga batas tertentu - kepada binatang dan harta-benda. Istilah "kekerasan" juga berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak.
Dalam beberapa sumber mengklasifikasi kekerasan dalam 3 bentuk yaitu:
1.kekerasan seksual, dengan sasaran daerah organ seksual dan menggunakan organ kelamin pelaku sebagai alat kekerasan.
2.kekerasan fisik, meliputi penganiayaan kepada fisik badan korban
3.kekerasan emosi, meliputi bentakan, ancaman, sindiran, dan penganiayaan lain kepada psikis korban.
suatu pertanyaan dari saya kemanakah Bangsa Indonesia yang terkenal dengan bersahabat, suka bermufakat, ramah tamah, memahami perbedaan, apakah memang bangsa ini sudah kehilangan akar budaya bangsa sendiri yang menjunjung tinggi toleransi dan tidak mengutamakan kekerasan? saya menjabarkan banyaknya pemicu dari Kekerasan yang terjadi di Indonesia adalah sebagai berikut;
1. Faktor Himpitan Ekonomi yang tinggi.
Meliputi naiknya harga-harga kebutuhan pokok dan sangat tingginya angka pengangguran—telah mengancam kehidupan kaum miskin dan keamanan ekonomi dari kelas menengah. Lebih jauh lagi, hanya tiga tahun semenjak jatuhnya Suharto, mulai meluas perasaan sinis mengenai prospek reformasi politik dan hukum yang akan membawa ke tatanan pemerintahan yang lebih demokratis, pertanggungjawaban ekonomi, dan pembagian kemakmuran yang lebih adil. Para pemimpin politik telah menunjukkan ketidakbecusan dalam mengatasi persoalan-persoalan ekonomi yang dihadapi Indonesia dan konflik-konflik tidak dapat diselesaikan melalui pengadilan-pengadilan karena adanya pengebirian lembaga-lembaga hukum.
2.Dendam, yang umumnya bersumber dari adanya perlakuan kekerasan yang pernah diterima oleh pelaku. Perasaan sakit dan terhina dari korban memunculkan kemarahan, sehingga mendorong korban melampiaskan dalam bentuk perilaku yang sama. Pelampiasan kepada orang lain memunculkan kekerasan yang baru, korban berperan sebagai pelaku, dengan korbannya adalah orang lain. dan budaya dasar dari bangsa ini adalah menyimpan dendam.
3. Stabilitas emosi yang rendah, sehingga adanya tekanan emosi (stres) yang tidak mampu ditoleransi lagi oleh pelaku, menyebabkan hilangnya kendali diri. Akibatnya pelaku mudah tersulut emosinya oleh persoalan yang sepele, termasuk dalam menghadapi perilaku-perilaku korban.
4.Pendidikan yang otoriter dan menggunakan cara kekerasan sehingga menjadi model dalam berperilaku (Smith-Cannady, 1998).pendidikan yang otoriter cenderung menggunakan aturan-aturan kaku dalam mendidik. Pelanggaran oleh siswa akan dihadapi dengan hukuman yang keras.
5.Tradisi, yang dirasakan sebagai keharusan untuk dilaksanakan. Hal ini biasanya muncul pada institusi terrtentu yang mewajibkan adanya kekerasan. Seperti Opspek di sekolah, cenderung mengeksplorasi ketakutan pada siswa baru melalui hukuman atau acara-acara yang keras.
6.Modelling yang diperoleh dari media massa, seperti adegan kekerasan di televisi, cerita silat, dan games action. Contoh dari media menjadi model yang paling cepat ditiru oleh individu karena kemajuan teknologi memudahkan akses terhadap media-media ini. ini adalah salah satu dampak negatif dari televisi kita yang mengutamakan Rating
7.Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang individu alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan individu terhadap stimulus sosial. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
8.Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
seperti kasus dari organisasi para militer yang terjadi kasus monas, kita bisa melihat terjadinya perang antara petinggi FPI dan NU terjadi pertikaian di kalanngan akar Rumput. yang menyeramkan adalah Tradisi milisia sejak masa Revolusi Indonesia memberikan alasan bagi tentara Indonesia untuk memobilisasi rakyat ke dalam satuan paramiliter.
9. Banyak nya Prasangka yang tidak Baik jelas.
Prasangka dapat menjadi sebuah permusuhan, benci, rasa marah – kebencian tak berdasar pada seseorang, menyalahkan secara tidak wajar, atau menjelek-jelekkan orang lain. Hal ini suatu sikap yang buruk yang membantu kita merasa unggul atau berlagak patriotik secara berlebihan.
10. Kegagalan Institusi dan Sistem
Institusi politik dan hukum tidak menyediakan saluran untuk menyampaikan keluhan atau keberatan terhadap kebijakan yang dirasakan tidak adil. pengadilan di Indonesia adalah skandal nasional. Pengadilan telah ditunggangi oleh korupsi, mungkin merupakan institusi terkorup di Indonesia. Adalah tidak mungkin membawa sebuah kasus ke pengadilan tanpa menyuap. Dan juga tidak mungkin menang dalam suatu kasus tanpa menyuap. (Pembuktian dari kasus Jaksa Urip) tindakan kekerasan yang paling mengherankan di Indonesia dewasa ini adalah tatkala massa mengambil tindakan sendiri terhadap orang yang disangka melakukan tindakan kriminal (hal ini seperti melegalkan Bentuk kekerasan)
11. Masalah-Masalah Kebijakan Pembangunan
Beberapa kebijakan yang diambil pemerintah juga menyebabkan tindak kekerasan yang terjadi, Peningkatan harga BBM , Wakil-wakil rakyat yang semakin tidak merakyat melebarnya kesenjangan antara kaya dan miskin, persaingan antara pendatang dan penduduk lokal, serta kemarahan kepada pemerintah, polisi dan pengadilan yang tidak memberikan wadah bagi keadilan
Kekerasan juga pastinya akan menimbulkan korban, apa efek yang akan terjadi dengan korban-korban kekerasan tersebut.
1. Munculnya kekerasan menimbulkan efek psikologis yang sangat berat bagi korban. Kondisi emosi dan kepribadian secara umum mengalami guncangan berat, sehingga muncul kondisi tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini apabila terus dipertahankan tentu tidak membawa kebaikan bagi adaptasinya kelak dengan lingkungan.
2. Kondisi korban yang mengalami banyak gangguan psikis akibat kekerasan memunculkan potensi yang negatif dalam adaptasinya kelak pada lingkungan sosial, kontak sosial melemah bahkan melukai diri sendiri adalah ciri lemahnya daya juang dalam mencapai prestasi maksimal. Hal ini membuat korban sulit bersaing dalam meraih keunggulan.
3. Pengalaman pribadi yang dialami korban kekerasan adalah kekerasan itu sendiri. Hal ini menyebabkan di dalam diri korban akan muncul kesan kuat dari peristiwa kekerasan tersebut dan diikuti dengan tekanan emosi yang sangat besar. Tekanan emosi yang tidak mampu disalurkan dengan lancar membuat korban kehilangan kemampuan menilai lingkungan, sehingga akhirnya akan menimbulkan sikap negatif.
4. Merujuk pada Miner (1992), Adanya kecenderungan withdrawl, apatis, pasif dan mengabaikan peraturan menyebabkan korban sulit untuk memiliki perasaan terlibat dalam lingkungan sosial dan Masyarakat. Hal ini menyebabkan kerjasama yang solid dan suasana kerja kebersamaan/kekeluargaan, saling mengerti dan memahami tidak mampu dimunculkan. Hal ini tidak akan mampu mengoptimalkan potensi diri korban kekerasan.
5. Kepatuhan terhadap peraturan secara umum juga tidak mampu terwujud. Sikap dalam melaksanakan kedisiplinan kerja rendah, dan memiliki trauma hidup yang dalam.
Bahwa ada kekerasan yang meluas di Indonesia saat ini tidaklah mungkin untuk dibantah. Kekerasan tersebut muncul karena adanya berbagai macam alasan, seperti kegagalan lembaga-lembaga politik dan hukum untuk menyediakan perangkat/aturan bagi penyelesaian konflik maupun mengatasi keluhan-keluhan, konsolidasi (penguatan) identitas-identitas komunal dimana kelompok-kelompok bersaing mendapatkan akses untuk atau kendali atas sumber-sumber ekonomi, dan penggunaan kekerasan yang dijatuhkan oleh negara (state-sanctioned violence) untuk menghasut atau menekan konflik. Dalam kontek ini, klaim bahwa Indonesia adalah suatu budaya yang penuh kekerasan (a violent culture) hanyalah sebuah klaim politik yang dapat dimanfaatkan untuk membenarkan kembalinya penguasa yang otoriter dan kekerasan negara berikutnya.
Apakah kita bisa kembali menjadi bangsa yang bersikap ramah , Sikap Lemah Lembut dan Penuh KasiH Sayang Saling Memafkan , Rendah hatihttp://erwin-arianto.blogspot.com/2008/04/rendah-hati.html, bersahabat, Sebenarnya perbedaan wajar saja selama tidak ada yang memakai cara kekerasan. Pada prinsipnya semua pihak menggunakan kekerasan dengan caranya sendiri-sendiri, ketika masing-masing dari mereka sudah mulai memaksakan kemauan tanpa mau berkompromi, karen akita bangsa indonesia memang terdiri dari bangsa yang majemuk.
persoalan kekerasan ini tidak bisa disepelekan. Sebab, serangkaian kekerasan yang terjadi merupakan indikasi adanya kejumudan atau kebekuan dalam proses kesadaran masyarakat dalam berdemokrasi dan bertoleransi. Jika kebekuan itu tidak dipecahkan, maka bangsa ini tidak akan pernah dewasa dan ketentraman menjadi sesuatu yang langka.penuntasan aksi kekerasan harus dilakukan dengan jalan penegakan hukum, siapa pun pelakunya (tidak terkecuali para pejabat yang berkuasa, karena di mata hukum semua adalah sama).
Semoga bangsa ini kembali menjadi bangsa yang ramah sedikit mempunyai mimpi untuk Indonesia yang sedikit muluk agar Indonesia menjadi tempat yang paling ramah sedunia, dimana sesama manusia saling peduli, semua ramah, sedikit konflik. Semoga.....
Dari Berbagai Sumber
Depok 19 Juli 2008
Erwin Arianto
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar