Pemerintah, BBM, Rakyat Dan Kriminalitas
Pagi ini di lingkungan tempat saya bekerja ramai membicarakan rencana kenaikan BBM sebesar 30% pada juni nanti. Pejabat Pemerintah (Legislatif, Eksetutif, Legislatif) adalah pihak yang berwenang untuk menaikan BBM, karena sebagai pihak yang diberi amanat oleh rakyat dalam Mengelola negara ini,Tujuan Penjalanan Roda Pemerintahan Berawal Dengan Menarik Pajak dari berbagai bidang untuk Dipakai mensejahterakan rakyat.
Pada Wikipedia BBM adalah Bahan bakar minyak jenis bahan bakar. Ada beberapa jenis BBM yang dikenal di Indonesia, di antaranya adalah: Minyak tanah rumah tangga,Minyak tanah industri, Pertamax,Pertamax plus,Premium,Solar transportasi,Solar industri,Minyak diesel,Minyak bakar
Siapa rakyat miskit itu? artikel surat kabar Harian Kompas (19/03/2005) yang ditulis oleh Irwanto menyebutkan tiga kategori rakyat miskin adalah mereka yang terdefinisikan marginal secara sosial, politik dan ekonomi, dan wilayah/antropologis. Kategori kemiskinan juga dapat dilihat dari pendapatan ekuivalen perkapita, kematian bayi dan ibu, buta huruf, sanitasi, kesehatan rumah tangga, perumahan hingga gizi balita yang buruk. Namun salah satu komponen yang kemudian terdefinisikan kelompok marginal yang masuk ke semua lini tersebut adalah perempuan. Jika mengacu pada definisi agama pada ranah fikih, yang termasuk kelompok ini adalah mereka yang disebut kaum mustadh’afin (yaitu kelompok orang-orang tertindas) di antaranya adalah fakir dan miskin. Asghar Ali Enginer memasukkan perempuan dalam kelompok orang-orang yang tertindas. Sedangkan kelompok miskin dibedakan menjadi dua kelompok yaitu miskin adalah orang yang mempunyai pekerjaan tetapi tidak mencukupi kebutuhan hidup dan keluarganya, kedua kelompok fakir merupakan orang yang tidak mempunyai harta dan pekerjaan atau penghasilan tetap. Kedua kelompok ini merupakan kelompok yang berhak menerima zakat, dan tidak wajib melakukan kewajiban yang berkaitan dengan harta.
Di Indonesia, harga BBM sering mengalami kenaikan disebabkan alasan pemerintah yang ingin mengurangi subsidi. Tujuan dari pengurangan tersebut dikatakan adalah agar dana yang sebelumnya digunakan untuk subsidi dapat dialihkan untuk hal-hal lain seperti pendidikan dan pembangunan infrastruktur. Di sisi lain, kenaikan tersebut sering memicu terjadinya kenaikan pada harga barang-barang lainnya seperti barang konsumen, sembako dan bisa juga tarif listrik sehingga selalu ditentang Rakyat atau Masyarakat
Saat ini pasar minyak di dunia sedang dalam harga yang melambung, Indonesia yang katanya Negara Penghasil minyak ternyata adalah negara pengeskpor minyak. Kenapa Rakyat indonesia seperti tikus mati di lumbung padi. karena Minyak Indonesia Sebagian Besar di kuasai oleh pihak asing, dan pembagian keuntungan saat ini yang sangat tidak adil, dimana hanya sedikit pendapatan yang diterima oleh negera, jadi keadaan kenaikan harga minyak tidak bisa dinikmati oleh Rakyat Indonesia. Begitu bodohkah Pemerintah Indonesia, atau karena adanya uang yang masuk kepundi orang-orang yang tidak bertanggung jawab?
kenaikan BBM yang akan terjadi pemerintah menggunakan dasar mengurangi subsidi BBM untuk rakyat miskin, Jika logika pemerintah menaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dengan mengurangi subsidi adalah untuk kebaikan rakyat jangka panjang tetapi sambil mencekik rakyat dengan cara pelan-pelan setiap harinya, apakah itu bukan bentuk kezhaliman? Hal lain lagi yang dijadikan sebagai argumen pengurangan subsidi BBM adalah karena setiap harinya negara harus kehilangan sekian trilyun anggaran subsidi BBM yang dinikmati oleh mereka yang tidak layak disubsidi.
Memang rakyat sedang menderita suatu penyakit kompleks yang akut dan harus segera diobati baik oleh mereka sendiri maupun negara. Mulai dari penyakit mental hingga fisik seperti kemiskinan, kobodohan, premanisme dan sebagainya. Masalahnya, obat yang diberikan adalah obat yang selalu sama dan justru menambah penyakit bertambah kompleks, bahkan kiat akut, bukan suatu penyembuhan yang tahapannya terlihat dari waktu-ke waktu.
Dalam Wacana pemerintah mengatakan kita harus berhemat. Dan saya kembali bertanya siapa yang harus berhemat. Rakyatkah, atau Aparat pemerintahan? sebuah nalar sederhana yang mungkin Bisa menjelaskan keadaan rakyat, rakyat miskin tadinya yang naik bis, sekarang jadi jalan kaki.. trus dijalan ketabrak metromini/busway yg semakin bertambah ngebut karena nguber setoran (soalnye BBM nya naik) trus mati.. --> RAKYAT MISKIN BERKURANG atau Tadinya rakyat miskin yang pada sakit masih bisa beli obat generik trus tidak bisa beli lagi --> RAKYAT MISKIN BERKURANG atau Tadinya rakyat miskin makan sehari sekali.. trus jadi makan sekali buat 3 hari (karena daya belinya turun).. lama2 mati.. --> RAKYAT MISKIN BERKURANG. seperti inikah penghematan yang dimaksud?
Saat ini Kita Bisa menyaksikan Mobil-mobil mewah dari para Aparat, Dari Legislatif, Eksekutif, Yudikatif dengan keluaran terbaru, tidakkah penggunaan BBM mereka gratis dari negara? dari uang rakyat? kenapa hal ini tidak di hemat? penggunaan Aturan pengaman Orang penting terdiri dari konvoi yang beriringan telah memboroskan BBM tidak kah ini satu faktor yang bisa dihemat? atau adanya Asset-aset yang disalah gunakan, Fasilitas Yang Lux Untuk para pejabat, Hutang Pengusaha Nakal, Bocornya pendapatan Negara Dari Pajak, Non Pajak,kebocoran belanja rutin, yang selama ini banyak dikorupsi,Pengelolaan negara yang efektif dan Effisien, mengurangi pembayaran utang dengan cara meminta pemotongan jumlah utang. Tidak kah itu merupakan sumber keuangan untuk bisa disalurkan kepada rakyat dan bisa dimasukan dalam pendapatan dalam APBN.
Mencoba menelaah perkataan Jusuf Kala bahwa Subsidi hanya dinikmati oleh orang kaya?, BENARKAH SUBSIDI BBM HANYA DINIKMATI ORANG KAYA, YAKNI ORANG-ORANG YANG MEMAKAI BENSIN, SOLAR DAN LISTRIK LEBIH BANYAK? jawabnya adalah TIDAK BENAR. Baik orang kaya maupun orang miskin menikmati subsidi BBM. Subsidi BBM adalah subsidi tidak langsung. Artinya bukan bensin, solar atau minyak tanah itu sendiri yang mempunyai arti. Subsidi BBM menopang daya beli masyarakat. Jika subsidi dicabut, daya beli masyarakat akan jatuh. Bahan bakar merupakan komponen setiap barang dan jasa yang kita konsumsi (pangan, sandang, perumahan, obat-obatan, layanan pendidikan). Jika subsidi dihapus, maka harga pangan, sandang, perumahan, obat dan layanan pendidikan meningkat drastis. Orang miskin akan semakin sulit menjangkau kebutuhan pokok dan layanan dasar yang harganya melambung. Dampak kenaikan harga lebih besar bagi orang miskin ketimbang bagi orang kaya.
kalau selama ini kita selalu dikelabui dengan wacana Dalam ranah permainan kata-kata, adalah suatu hal yang niscaya untuk membuktikan suatu perkataan; termasuk wacana menaikkan harga BBM, pengurangan subsidi ataupun dana kompensasi. Namun yang menjadi persoalan, Wacana ini bukanlah wacana baru yang belum pernah teruji perannya dalam menyengsarakan rakyat dan kegagalannya dalam teori mekanisme distribusi. Kebutuhan BBM adalah persoalan keseharian yang menyangkut seluruh komponen kehidupan masyarakat. Logika menaikkan harga BBM sudah pasti berdampak pada penaikan biaya seluruh aktivitas ekonomi dan produknya yang harus ditanggung setiap hari. Pdahal, bukan pada tempatnya pemerintah menggunakan logika minum jamu, sebagai kiasan legitimasi kepanikannya mengurus negara. Yang menjadi persoalan adalah apa dan siapa yang sakit, mengapa rakyatnya yang disuruh minum jamu sekaligus membayarnya!
Orang ekonomi Atas memang mengkonsumsi minyak dan energi lebih banyak karena mereka punya rumah lebih besar (listrik lebih banyak, untuk penerangan, kulkas dan AC) dan punya mobil yang haus bensin. Itu memang tidak adil. Harus ada cara untuk mengoreksi ketidakadilan itu. Pencabutan subsidi bukan cara satu-satunya. Kita tak perlu membakar rumah untuk menangkap tikus.
Pemerintah, seperti biasa, dengan dalih kenaikan BBM, pemerintah akan memberi Bantuan Tunai Bersubsidi Sebesar Rp 100.000/bulan seperti dulu, Apakah ini uang sogok untuk rakyat yang nilai tidak seberapa, apa dengan BLT Bisa Membantu Rakyat? Kompensasi juga sangat tidak sebanding dengan kebutuhan yang ada. Setiap keluarga miskin (dengan standar BPS) mendapatkan Rp.100.000,00/bulan dengan asumsi perkeluarga dipukul rata terdiri dari 4 orang. Berarti setiap orang mendapatkan Rp.25.000,00/bulan alias Rp.833,00/hari (sebulan= 30 hari). Pada awal 2005, ketika subsidi masih penuh, rakyat perorang mendapat subsidi Rp.2000,00/hari dan kompensasi hanya dapat Rp.833,00/hari. Artinya dengan kenaikan BBM sekarang pemerintah menarik Rp.1.300,00 dari orang-orang miskin perhari perorang. Coba Bandingkan Pendapatan PAra Pejabat, Uang 1.300 hanya mungkin dipakai Parkir Oleh Para orang yang dengan Bangga mengaku dirinya ELITE. Sedang Bagi kebanyakan Rakyat Indonesia ELIT adalah Keadaan dimana Ekonomi Meraka Memang SUlit.
Apa lagi alasan Pemerintah untuk menaikan BBM itu, harga BBM indonesia paling murah? ternyata tidak, Masih ada negara yang jauh lebih murah dibandingkan dengan Indonesia. Contohnya Saudi Arabia, Brunei Darussalam dan Venezuela. Jika dikonversikan ke rupiah, maka harga minyak tanah di Venezuela sekitar Rp.350,00. Atau BBM murah mengundang Investasi? PERNYATAAN ITU MENYESATKAN. Justru dengan BBM murah, biaya produksi akan murah. Hal itulah yang akan mengundang investasi luar negeri. Pernyataan itu hanya benar untuk para investor minyak. Kenaikan harga BBM merupakan prakondisi liberalisasi ekonomi sektor migas, terutama sektor hilir. Puluhan perusahaan minyak asing sudah antri menunggu untuk bisnis migas sektor hilir. Mereka akan mendirikan SPBU-SPBU di seluruh Indonesia. Selain itu, merupakan rahasia umum bahwasanya Wakil Presiden dan Menko Ekonomi merupakan raja-raja bisnis minyak di Indonesia.
Suatu Hal Yang pasti Dampak kenaikan bahan bakar minyak dengan adanya pencabutan subsidi akan membuat tingkat pengeluaran masyarakat menjadi membengkak. Efek berikutnya, kehidupan ekonomi masyarakat kecil menengah makin tertekan. uruh dan rakyat miskin merupakan kelompok masyarakat yang sangat sensitif terhadap dampak kenaikan BBM. Para buruh, dalam memenuhi kehidupannya hanya bergantung pada upah minimal tetap yang diterima. Apabila kenaikan BBM ditetapkan, sedangkan upah tidak naik, kelompok ini sangat rentan menjadi semakin miskin, Apakah ini termaksud dalam tujuan penyelenggaraan Negara. yaitu Memiskinkan Rakyatnya. Tidakkah Saharusnya mensejahterkan Rakyatnya. Tapi secara tidak langsung tujuan Mensejahterkan Rakyatny telah tercapat, siapa yang sejahtera ya Para Pejabat dan Peyelenggara Pemerinta itu.
Lalu rakyat miskis apa yang akan terjadi, Maka Angka kriminalitas akan meningkat, Kenapa karena banyak masyarakat kehilangan penghasilan, atau tidak tercukupi kebutuhan hidupnya. Akan Sebanyak orang yang Bertindak nekat untuk memenuhi kebutuhan hidup, Mereka dan Keluarganya. Kriminalitas ini bisa berupa Meningkatnya Angka PSK, Karena tidak punya uang dan tidak punya apapun untuk dijual maka banyak wanita yang menjual diri untuk memenuhi kehidupan mereka, Meningkatnya angka prampokan dan Pencurian, seperti kita ketahui orang lapar akan bertindak nekat. hal ini bisa dilihat dari kenaikan jumlah angka kriminal sebagai berikut:
Jakarta, 31/12/2007 (Kominfo – Newsroom) – Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta mengungkapkan, selama tahun 2007 tercatat terjadi peningkatan angka kriminalitas menjadi sebanyak 60.983 dibanding tahun 2006 yang mencapai 59.376 kasus atau terjadi peningkatan sekitar 2,71 persen
Angka kriminal total tahun 2007 ini meningkat dibanding 2006, yaitu dari 59.376 pada 2006 menjadi 60.983 pada tahun ini (2007) atau meningkat 2,71 persen," kata juru bicara Polda Metro Jaya, Kombes (Pol) Ketut Untung Yoga Ana dalam jumpa pers catatan akhir tahun di Mapolda, Metro Jaya Jakarta, Senin (31/12).
Sesuatu yang unik telah terjadi di Di Indonesia kenaikan harga BBM ini menjadi suatu tradisi, artinya kita akan selalu berhadapan dengan kanaikan harga BBM. Hal ini harus dipikirkan oleh pemimpin-pemimpin yang akan datang minimal bagaimana caranya agar minyak mentah itu nantinya bisa diolah sendiri di dalam negeri sehingga bisa menekan harga BBM, tidak mengikuti harga dunia. Kalau memang harga BBM harus naik, yang paling merasakan dampaknya adalah kelas menengah ke bawah. Sementara kelas atas tidak merasakan secara langsung karena penghasilannya sudah di atas rata-rata. Dengan situasi sekarang saja golongan menegah ke bawah sudah kesulitan untuk mengatur agar bisa berjalan usahanya, baik untuk produksi maupun menggaji karyawan. Bisa dibayangkan kalau harga BBM dinaikkan maka memicu kenaikan harga bahan pokok dan juga bahan produksi.Sebagai rakyat mempertanyakan, ini merupakan suatu kegagalan dalam kabinet SBY karena rakyat perlu sejahtera. Seperti Tujuan penyelenggaraan Negara Mensejahterakan Rakyat.
Akhir kata Sebuah Pertanyaa yang tak pernah terjawab Kenapa kembali rakyat Kecil yang harus menanggung Ongkos Kenaikan BBM yang begitu besar....? Pemerintah Tolong Beri Solusi Yang terbaik Kepada KAmi Rakyat Kecil... Jangan Hanya Kami di manfaatkan saat menjelang kampanye untuk memberi suara, setelah itu kami dilupakan..., Tolong Sejahterakan Kami.
Seorang Rakyat Indonesia
Depok, 8 Mei 2008
Rabu, 07 Mei 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
ya gituh deh... pemerintahnya gak beranian seh
Posting Komentar