Rabu, 09 September 2009

salam,

sedikit sejarah sosok terkenal Wong Fei Hung ... sayang tidak ada sumber
rujukan/tulisan. most likely dari sini:
http://mahardhikazifana.com/religion-philosophy-agama-filsafat/wong-fei-hung-adalah-seorang-muslim.html

--
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang.
now surely by Allah's remembrance are the hearts set at rest.
N'est-ce point par l'évocation d'Allah que se tranquillisent les coeurs.
im Gedenken Allahs ist's, daß Herzen Trost finden können.
>> al-Ra'd [13]: 28


WONG FEI HUNG

Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China . Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong , Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.

Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masaitu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu,tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch'in yang korup dan penindas. Dinasti Ch'in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintahsebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti KaisarCina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris.

Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch'in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch'in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea ). Jika saja pemerintah Ch'in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch'in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata.

Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton . Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina,khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad'afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amiin.

Selasa, 08 September 2009

Biar Gemuk asal Sehat

Minggu, 6 September 2009 | 03:21 WIB

Putu Fajar Arcana & Budi Suwarna

Mungkin tagline "Biar gemuk asal sehat" terdengar klise dan zadul (zaman dulu) kalau kita ingat kalimat, "Biar lambat asal selamat" yang sering ditulis di belakang bak truk. Tetapi, belakangan prinsip "hidup" itu mencuat menjadi semacam perlawanan dari kaum pemilik tubuh gemuk.

Ferawati Wibisono (29), pemilik berat badan 88 kilogram, mengaku pernah tertekan dan kemudian terpaksa menenggelamkan diri dalam usaha pelangsingan tubuh. Selama empat bulan tahun lalu, ia mengikuti program diet, akupunktur, dan menjalani injeksi obat penurun berat badan.

"Ketika injeksi untuk keempat kalinya, seluruh tubuh saya bengkak dan memerah. Kata dokter alergi," tutur Fera, Selasa (2/9) di Jakarta. Kenyataan memilukan itu ditambah pula dengan keadaan Fera yang makin lemah karena diet keras. "Sampai-sampai ketika jalan aku nabrak kaca. Kata dokter, aku kekurangan nutrisi," tambah perempuan yang selalu tampil berkaus, celana pendek, dan sandal jepit ini.

Semua usaha itu terpaksa dijalani Fera karena tekanan yang begitu keras dari keluarga. Orang-orang terdekat dalam hidupnya itu justru selalu memojokkannya dengan memanggil "kapal selam". "Bahkan, ada yang mengejek, sebentar lagi tubuhku enggak bisa masuk ke pintu rumah," ujar Fera.

Tekanan juga dialami Vreda Wuisan, pemilik berat badan 80 kilogram, dan penyanyi remaja Tina Toon (16). Vreda pernah melakukan upaya memperoleh tumbuh langsing melalui akupunktur, minum obat penahan lapar, diet, dan berolahraga secara keras. "Hasilnya enggak seberapa karena dasar tulangku besar ya tetap saja kelihatan gemuk," tutur dia.

Tina bahkan pernah sakit gara-gara melakukan diet selama 10 hari. "Aku diet diem-diem. Ketat sekali untuk mengejar target turun berat badan," katanya. Diet keras dilakukan Tina lantaran keinginan tampil langsing dalam sampul album I Love Music. Ia memang berhasil menurunkan berat badan tiga kilogram. "Tetapi, habis pemotretan, makan jadi luar biasa, aku juga sakit," tambah Tina yang dulu dikenal sebagai penyanyi cilik bertubuh bulat ini.

Titik balik

Sakit umumnya kemudian menjadi titik balik bagi sebagian orang untuk berhenti menguruskan badan secara ekstrem. Sejak mengalami sakit tifus sebanyak tiga kali akibat olahraga berlebihan serta bengkak-bengkak karena alergi obat tadi, Fera mengaku kapok. Ia kini menerima dirinya apa adanya.

"Sekarang aku tetap berolahraga secukupnya, tetapi yang terpenting tetap sehat. Itu prinsip," kata Fera sembari menambahkan kesehatan dan kebugaran tubuhnya boleh dibandingkan dengan mereka yang bertubuh langsing.

Vreda mengatakan, definisi cantik yang harus selalu langsing dan berkulit putih adalah rekayasa industri. Celakanya, itulah kini yang menjadi opini setiap orang. "Gemuk tidak berarti tidak cantik, lho. Buatku sih, yang penting sehat dan happy," kata dia.

Vreda menuding rekayasa industri itu bahkan sampai pada soal bahan pakaian. Industri berkepentingan, kata Vreda, menyediakan bahan baku sedikit, tetapi bisa menjual dengan harga tinggi. "Karena kalau mereka membuat pakaian untuk orang gemuk, bahannya lebih banyak habis," kata Vreda yang bergelut di bidang rumah produksi ini.

Paula Josepha Ratnaningtyas (38) dengan berat badan 92 kilogram dengan tinggi tubuh 153 cm mungkin lebih percaya diri dan santai dalam menjalani hidup. Sejak kecil, ia mengaku sudah terbiasa mendengar ledekan orang. "Aku dipanggil Sai. Sai, jangan salah, bukan sayang, tetapi bonsai. Aku cuek saja," kata dia.

Kendati memiliki tubuh gemuk sejak kecil, Naning, begitu Paula Josepha Ratnaningtyas dipanggil, tidak pernah tergoda mengikuti program olahraga, diet, apalagi pengobatan untuk memperoleh tubuh ramping. Buat Naning, kecantikan tak mesti diterjemahkan dengan ramping dan putih, tetapi pada sikap.

"Sangat bodoh kalau ada orang termakan iklan pelangsing, lalu beli korset Rp 7 juta. Susah benar hidup, mau langsing saja harus menderita. Kalau dasarnya gemuk, ya gemuk saja," kata Naning.

Guna melawan dominasi definisi cantik oleh industri itulah, Naning dan Fera kemudian bergabung dengan Xtra-L Big Community yang didirikan Ririe Bogar dan Lulu Lustanti tahun 2007. Komunitas ini bahkan berkomunikasi lewat mailing list Xtra-L_Community@ yahoogroups. com dan belakangan juga menggunakan facebook.

"Dulu, kami pernah mengadakan fashion show sebagai ajang happy-happy, sekarang sih komunitas ini buat kumpul-kumpul saja," tutur Naning. Komunitas, tambahnya, lebih banyak dimanfaatkan sebagai wahana saling mendukung, berbagi rasa dan informasi, serta tentu saja mencari pasangan hidup.

"Fera ketemu jodohnya di komunitas. Sebentar lagi bakal menikah," ungkap Naning. Fera tersenyum kecil membenarkan kata-kata sahabatnya itu.

Dalam kredo Xtra-L Big Community, sebagaimana diungkapkan Ririe Bogar kepada Kompas (11/11/2007) , mereka berkepentingan berada dalam satu komunitas untuk memperbesar kekuatan pendobrakan terhadap hegemoni "nilai" kecantikan yang ditebarkan dunia industri.

"Kami menjadi semacam supporting group untuk mendobrak konsep kecantikan yang dipercaya selama ini. Di forum ini, Anda akan menemukan punya ukuran besar tidak berarti tidak bisa jadi cakep, cakap, menarik, elegan, sexy, dan tentunya sehat!" tandas Ririe.

Biasanya, kata Fera, para anggota komunitas melakukan kegiatan rutin setiap pekan seperti jalan kaki di kawasan Senayan dan berenang di Kuningan, Jakarta.

Bagi Naning dan Vreda, perlawanan terhadap hegemoni kecantikan yang terpenting harus keluar dari diri sendiri. "Enggak ada gunanya ramping kalau dalam sikap sehari-hari tidak disukai orang," ujar Naning yang meyakini bentuk tubuh tak ada kaitannya dengan sikap dan kebaikan seseorang.

Pada akhirnya, prinsip paling baik yang harus dipegang para pemilik tubuh gemuk adalah biar gemuk asal sehat. "Buat aku yang penting hidup dibikin happy bo..," ujar Vreda. (XAR)

ANOMALI CINTAKU DI MALAYSIA
By: Heri Sudarsono, student Master IIUM

Sepi warung bu Lis ketika pelanganannya mulai pergi untuk mengerjakan sholat Isya. Sepasang manusia masih duduk berhadapan dengan dibatasi meja makan. Siti Nurlisa duduk tertunduk dihadapan bang Tulus. Sesekali matanya diusap dengan sapu tangan yang digengamannya. Deras air matanya sampai jatuh dipangkuan. Matanya lembab. Suaranya tangisnya kadang tertahan oleh sesak perasaan yang tertekan. Bang Tulus duduk di depan Siti Nurlisa dengan mata menatap pada pada bayangan pohon yang berdiri di halaman warung bu Lis.

Gelombang demo anti Malaysia menumbuhkan jiwa patriotisme bang Tulus untuk membela bangsanya. Siti Nurlisa adalah perempuan ke 13 yang akan dipersuntingnya akhir Desember tahun ini. Namun, Siti Nurlisa adalah gadis Malaysia, gadis ke 7 dari 9 gadis Malaysia yang pernah menjadi kekasihnya Bang Tulus. Walaupun selama ini putusnya hubungan dengan para gadis itu dikarena bang Tulus selalu diputus oleh pihak gadis. Dan kali itu karena alasan cinta kepada bangsa dan negara, dia harus putus dengan Siti Nurlisa!. Suatu keputusan besar bagi bang Tulus!.

"Aku tidak rela kalau harga diri negaraku diinjak-injak oleh negaramu" dengan wajah mengeras dan mata tajam pada bayangan pohon yang ada dihalaman warung bu Lis

"...mengapa abang menghubungkan cinta kita dengan masalah negara....negaraku bukan aku......apapun yang terjadi pada negaraku aku tetap cinta abang..."sambil tersendu Siti Nurlisa menutupi wajahnya dengan sapu tangan

"Aku lebih cinta negaraku.... apa artinya cintaku padamu bila negaramu telah meniadaan keberadaan negaraku...negara tempat nenek moyangku...orang tuaku dan saudara-saudaraku. ...negara mu sombong!"sahut bang Tulus dengan mata memerah seperti percikan bara keluar dari tungku.

".....Bang.. . ..!"tangis Siti Nurlisa dengan terbata-bata berusaha menahan bang Tulus, "Bang, aku cinta abang....jangan campur adukkan cinta kita dengan negara kita!"

Bang Tulus duduk membatu di depan Siti Nurlisa. Terbayang kembali ketika pertama kali bertemu Siti Nurlisa di Chokit ketika mencari kaset dangdut Rhoma Irama. Di mata bang Tulus pertama ketemu dengan Siti Nurlisa adalah perempuan sempurna seantero jagat raya, pesona menyebar di seluruh pelosok Malaysia, dan kecantikan seperti puteri para raja. Memang, jatuh cinta pada pandangan pertama membuat hidup bang Tulus seperti mimpi, seperti menari menari ala India mengelilingi Siti Nurlisa diiringgi musik rebana. Sambil mengalun nada ala Soneta. Dan, setiap hari yang dinyanyikan lagu bang Haji yang berjudul wanita sholelah http://www.youtube. com/watch? v=eyXOLUkUNpQ& feature=related

"...negara sombong...kemaki. ..kemlinti!" bang Tulus sambil memukul meja didepannya.

Sontak Siti Nurlisa terkejut dan tangisan Siti Nurlisa meledak lagi, "Bang....apa yang bisa kami sombongkan bang......itu perasaan abang"tanya Siti Nurlisa sambil tetap menundukkan wajahnya

"Perasaanku? . ....ini kenyataan?"

"Bang Apa yang bisa kami sombongkan.. ...kemerdekaan di beri oleh Inggris....ekonomi negara kami dikuasai oleh ras tertentu, Cina dan India... kami hanya warga pedatang Malaysia.... ."

"Stop apa maksudmu?"

"Bang....siapa yang abang anggap orang Malaysia yang duduk di pemerintahan. ..di perusahaan.. di sekolahan... .itu nenek moyangnya adalah orang Melayu...orang Bugis....orang Minang ...orang Jawa.......yang disebut orang Malaysia adalah orang Asli yang kebanyakan hidup dipinggiran kota kota besar dan mayoritas tinggal di desa dan dipinggiran hutan ......."kata Siti Nurlisa dengan nada terbata

Bang Tulus diam mendengarkan Siti Nurlisa menjelaskan sambil menundukkan wajahnya seperti menyembunyikan air matanya yang masih mengalir

"Orang Malaysia yang abang kenal adalah pendatang dari negara-negara tetangga yang satu ras, serumpun atau setata.... sedangkan ras, suku dan bangsa yang berbeda itu adalah orang Cina dan India...Cina dan India adalah bangsa minoritas di negara kami tetapi mereka mayortas dalam menguasai sumber ekonomi kami....pada suatu saat nanti kalau mereka sampai menguasai sumber ekonomi yang menjadi hajat hidup kami...maka kami akan menjadi tamu di negeri sendiri.."

"Tetapi kalian semua bisa tetap menjadi ancaman bagi kami" Tatapan bang Tulus tidak berubah

"Abang tahu sendiri berapa bagaimana orang Malaysia.... hampir 70 persen berjenis kelamin perempuan dan 30 persen adalah lelaki....di kelas... di warung.... di kantor...di pasar....perempuan ada dimana-mana! .....perempuan menganti peran lelaki bekerja di sektor formal...... juga bekerja di sektor publik....mereka punya penghasilan sendiri....maka mereka merasa mampu mengurusi diri sendiri....maka tidak aneh banyak perempuan yang sudah berkepala tiga lebih belum menikah di sini..... jumlah manusia yang kena penyakit kegemukan (obesitas) semakin meningkat karena dimanjakan oleh sistem .... pondan bertebaran berkelompok di kanten-kanten dan ngosip di bawah tiang masjid.....bang apakah abang tidak melihat itu....bagaimana abang bisa melihat negara ku sombong..... dan berbahaya!"mohon Siti Nurlisa sambil merajuk kepada bang Tulus yang masih bersikap perkasa.

"Walaupun begitu jumlah mu banyak...."kata bang Tulus sekenanya

"Abang juga bisa lihat berapa jumlah TKI yang bekerja di gedung-gedung bercakar langit...bekerja memperbaikai jalan dan jembatan...di toko-toko... di rumah-tumah. .di perkebunan.. ..ada ribuan!..... abang juga bisa lihat student yang belajar di university-universi ty favorit Malaysia dari ujung ke ujung Malaysia...ratusan! ......berapa orang Indonesia menjadi dosen, banker, konsultan, pegusaha.... ratusan!. ...dengan jumlah orang Indonesia di Malaysia seperti itu....mana mungkin kami akan melawan Indonesia... " Siti Nurlisa mengusap airmatanya yang menetes. Mata bengkak oleh tangis permohonan kepada bang Tulus untuk memikirkan kembali sikap untuk memutuskannya

"....orang Malaysia telah mengambil budaya kami"

".....kami, orang tua, remaja dan anak-anak telah mengkonsumsi band-band Indonesia... . Letto, Samson, Dewa, Slank, Unggu, Wali, Mbah Surip dll.....kami juga dan suka dengan sinteron-sinteron Indonesia... .kami juga tabjub dengan buah karya sastra para cendekia Indonesia... ...sehingga kami kehilangan akal apa yang sebenarnya disukai kami, orang tua, remaja dan anak cucu kami atas apa yang kami miliki....apa yang salah dengan buatan kami sehingga mereka tidak menyukai band, sinetron, karya-karya kami sendiri"

"...tetapi negaramu telah mencuri budaya negara ku"kata bang Tulus dengan suara berat

"Karena kami tidak banyak memiliki budaya yang kami gunakan untuk memperteguh identitas kami sebagai bangsa yang berbudaya, beradab, dan punya harga diri....sedangkan budaya Cina dan India mulai menguasai setiap ruas kesadaran setiap karya anak cucu kami sampai kami kuatir anak cucu kami tidak mengetahui budaya kami sendiri.....

"..mengapa kamu tidak mengunakan budaya sendiri"

"....budaya kami? Kami ini pendatang... .kita belum cukup memiliki budaya yang mempertegas identitas kami dihadapan budaya India dan Cina yang siap menguasai kami...kami tidak ingin anak cucuk kami mengunakan budaya India dan Cina...budaya yang jauh dari akar budaya kami........ kami mengunakan budaya yang kami kenal.....budaya kami sama dengan Indonesia itu menunjukka bahwa nenek moyang kami berasal dari Indonesia... .batik, gamelan, wayang, reog, tari pedhet.....adalah budaya Indonesia yang dibawa oleh orang Indonesia di Malaysia dan menetap di Malaysia...mereka tidak mengenal budaya selain budaya yang mereka kenal yang didapat dari Indonesia tempat nenek moyang mereka....maka tidak aneh aktualisasi budaya sama dengan budaya Indonesia... ."kata Siti Nurlisa masih terbata-bata

Bang Tulus diam. Terkatup bibirnya.

"Lihat bang....kami selalu berusaha mempertegas budaya kami dihadapan pendatang... .sehingga anak cucu kami bangga memakai pakaian Melayu ke mana-mana... ..kami juga mempertegas budaya kami dengan memelihata budaya nusantara untuk anak cucu kami kami buatkan museum yang megah dan tertata indah....kami sediakan peralatan dan guru-guru yang dibayar mahal untuk mengajari musik anglung dan keroncong untuk digunakan pada acara-acara resmi kenegararaan. ...ataupun wisuda kelulusan... ..demikian juga di koran, radio dan tv kami juga memelihara adab budaya istana sebagai penghargaan kepada raja dengan menguna tata krama dengan bahasa yang diijinkan... itu cara kami ingin menunjukkan identitas kami kepada anak cucu kami....."

Bang Tulus tertegun, dia diam tidak bergerak. Diam-diam bang Tulus membenarkan kata-kata Siti Nurlisa.

"Kami beda dengan anak-anak Indonesia yang punya kekayaan budaya yang luar biasa....dia mengunakan pakaian daerah di rumah atau di jalan-jalan ....dia bisa benyanyi lagu-lagu daerah apa saja sendiri dengan bebasnya .... bisa mengunakan alat musik di rumah maupun di kantor-kantor. .....begitu menyenangkan di Indonesia dengan budaya yang beraneka.... ...... Siti tahu di Indonesia memelihara budaya lebih dari Malaysia sampai banyak orang yang tidak rela budaya di miliki negara kami..."kata Siti Nurlisa sambil mengusap air matanya yang mulai mengering... ..

Bang Tulus tertegun memandang Siti Nurlisa yang tertunduk sambil mengusap wajahnya. Apakah benar itu bahwa Indonesia lebih bisa memelihara budayanya daripada Malaysia. Dia diam sesaat membayangakan keadaan Indonesia ketika budaya kehilangan artinya. Budaya telah menjadi sekedar stupa yang hanya dijadikan topik diskusi pada saat-saat memang perlu saja. Anak-anak muda sudah terasing dari pakaian daerah, anak-anak muda lebih mengenal musik jass, rock, pop, punk, dan rege. Di kantor-kator acara-acara seremonial diiringi dengan musik modern, disco dan remix yang lain. Demikian juga wisauda-wisuda mahasiswa Indonesia banyak diiringi lagu kemenangan penuh dengan auro kepuasan dengan ritme rock.

"...Siti tahu nasionalisme orang Indonesia sangat tinggi....kami iri!.....pulau Sipadan-Lingitan. ....dan yang terakhir pulau Jemur yang diiklaim Malaysia mendapatkan perlawanan luar biasa dari masyarakat Indonesia... kami iri bagaimana mendapatkan rasa nasionallisme itu?"

Bang Tulus terkatup mulutnya. Nasionalisme! ...siapa yang nasionalis itu! Rakyat atau pejabat!. Ia merasa berjuang habis-habisan mengorbankan jiwa dan raga hanya untuk membela sejengkal tanah dan setetes air. Namun, di saat yang sama pulau-pulau kecil dipinggiran Indonesia di jual sembarangan kepada pihak asing dengan tanpa rasa dosa. Sementara itu, pulau-pulau terluar dibiarkan terlantar sedangkan pejabat/pemimpin hanya memperkaya sendiri dan jikalau memang kalau pulau terluar itu menguntungkan baru bicara tentang patriotisme!

"Anomali bangsaku..." bisik bang Tulus

Malam semakin larut. Bang Tulus terpaku menatap ruang kosong. Siti Nurlisa masih tertunduk diam sesekali mengusap wajahnya dengan tisue. Bayangan malam menyelimuti seluruh bumi. Angin dingin merabat melalui sisi dinding warung yang tertata sederhana. Suara jangkring nyaring bersahutan mengema di halaman warung Bu lis. Malam itu, bang Tulus merasa begitu mencintai Siti Nurlisa.

Categories

Blog Archive

Sembako Hari ini

Sembako hari ini
Beras 5.500
Telur ayam ras 13.500
Minyak goreng sawit 12.000
Gula pasir 6.600
Tepung terigu 7.700
Cabe merah keriting 20.000
Cabe merah biasa 18.500
Bawang merah 16.500
SKM cap bendera 7.800
Daging sapi 55.500
Kacang tanah 12.500

 

Sumber: Poskota

Blog sahabat





Pages

About Me

Foto saya
Penulis tuk diri sendiri, Internal Audit untuk Sebuah Perusahaan, Pencinta Puisi, Cerpen, Seorang Hamba yang berusaha, Menjadi Ayah yang baik untuk Quineisha & Qhaira, menjadi Insan Taqwa

Pengikut

Sample Text

IP

Unordered List

Popular Posts

Recent Posts



Website Hit Counter
Free Hit Counters

Text Widget