Saat hadir diresepsi pernikahan Aug 8, '07 12:29 PM
for everyone
Jika saya menerimaa suatu undangan Kondangan atau menghadiri suatu persepsi pernikahan, apa lagi resepsi di suatu gedung yang terpikir oleh saya adalah suatu pesta yang meriah dengan makanan yang berlimpah.
Saat ini mungkin hampir semua orang yang berpunya dari presiden, samapi rakyak jelata ingin merayakan suatu pesta pernikahan di suatu gedung dengan makanan enaknya, dengan tamu yang banyak, dengan acara musik yang meriah dan pesta adat yang wah!!.
Memang kita tidak dilarang menyelenggarakan untuk merayakan resepsi pernikahan, tetapi yang saya amati adalah suatu fenomena yang menyedihkan, kenapa saat orang datang ke resepsi pernikahan di suatu gedung atau tempat pesta, para tamu lebih mendahului untuk menyantap makanan, secara berebutan di banding untuk mengucapkan selamat kepada mempelai pengantin.
Padahal acara utama menurut pendapat saya adalah memberi selamat dan mendoakan agar pengantin dapat selamat dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Tetapi kebanyakan kita enggan untuk memberi selamat, kadang yang terpikir oleh kita jika kita menghadiri suatu resepsi pernikahan, adalah makanan apa yang ada ya…..? suatu pertanyaan yang mengundang senyum saya.
Ketika acara resepsi di mulai, banyak orang datang berebut untuk mencoba makan tertentu, contoh mungkin untuk stan / gubug favorit seperti kambing guling orang rela antri panjang dan sedikit berebutan untuk sekedar mencicipi, atau terkadang dengan “pura-pura bego” menyelak suatu antrian. “ini lomba makan gratis atau acara resepsi pernikahan” pikiran nakal saya berkata.
Dan setelah perut terisi baru kita memberi selamat kepada para mempelai. Terkadang yang lucu banyak teman-teman saya mempunyai rasa takut untuk datang terlambat menghadiri acara pernikahan untuk alas an tertentu, bukan untuk mendoakan pengantin lebih awal, tetapi untuk alas an yang sangat menggelitik hati saya yaitu “ Agar tidak kehabisan makanan” bagai mana dengan anda mengapa anda datang lebih awal… mungkin juga takut kehabisan makanan ya…..
Keberhasilan dalam merayakan suatu pesta pernikahan adalah seberapa banyak makanan yang dapat disuguhkan kepada tamu, dan enakkah makanan yang disajikan. Suatu fenomena yang salah kaprah menurut saya. Dan terkadang sesorang akan menjadi cibiran bila makanan yang disajikan dalam menyelenggarakan pesta bila jumlah makanan yang disajikannya kurang porsinya atau rasanya tidak enak. Fenomena social masyarakat yang salah kaprah menurut saya.
Terkadang juga banyak sahabat saya berfikiran nakal, kan saya sudah nyumbang missal Rp 50000 atau nominal laimnya, “masa saya sudah ngasih angpau sejumlah tersebut makanannya kayak gini…” senyum saya pun tersenyum kembali. Apakah kita menghadiri resepsi pernikahan atau kita masuk ke restoran all you can eat. Bagai mana menurut anda..? Suatu gejala duniawi yang sangat aneh.
Dan terkadang terjadi perebutan makanan dalam suatu acara, yang lucunya yang datang adalah para undangan yang terhormat dengan dasi dan jas yang keren, tetapi kelakuan masih seperti sepupu saya yang berumur 5 tahun… atau seperti kita tidak pernah merasakan masakan tersebut.
Saya mempunyai sedikit pengalaman nakal, sewaktu Kuliah, dimana kami tidak membawa uang yang cukup untuk makan direstoran, maka kami memilih memasuki acara resepsi orang untuk mengisi perut kami… hahhaha pengalaman yang nakal
Tapi itulah fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat kita, bahwa resepsi pernikahan adalah acara makan-makan, sedikit rasa sedih atas kondisi ini didalam kondisi masyarakat Indonesia yang sedang lemah ekonomi kita harus menghamburkan uang untuk suatu pesta sehari untuk suatu persepsi pernikahan.
Dan yang membuat sedih, mengapa makanan yang dituju dalam acara pernikahan bukan mendoakan keselamatan dan kesuksesan pengantin dalam menjalani kehidupan, terkadang resepsi pernikahan telah kehilangan rasa sakralnya.
Terkadang terbersit pikiran saya apakah dengan resepsi pernikahan seperti ini mendorong orang untuk kawin-cerai, polygamy. Karena meraka merasa mudah dan mampu untuk melakukan acara resepsi pernikahan. Jawabanya saya serahkan kepada para pakar sosiologi dan antropologi, serta anda semua. Tapi saya berharap ini bukanlah suatu pembenaran atas tindakan tersebut.
Untuk yang mau menikah dengan kondisi seperti saat ini saya hanya bisa menyarankan untuk menyiapkan dana yang cukup untuk merayakan dan memberi makan undangan yang anda sebarkan, biasanya tamu yang datang akan berjumlah 2-3 kali undangan yang datang.
Mengapa kita tidak memberi makan kaum fakir miskis, akan lebih bermanfaat dari pada kita memberi makanan kaum berpnya. Tapi semua saya kembalikan kepada anda. Saya pun yang belum menikah pun akan segera mengalami
“ mari buat pernikahan itu sacral seumur hidup, dan tidak untuk sesaat dan menjadi permainan belaka..”
Dalam perenungan malamku,
Cimanggis-Depok 04 Augustus 2007, 5.18.WIB
Erwin Arianto,Se
Rabu, 25 Juni 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar