Oleh Merry Magdalena di facebook.
Ada dua profesi yang merasa dirinya Tuhan di muka bumi ini. Dokter dan pakar hukum. Dokter merasa jumawa karena mereka dilegalkan menelanjangi pasien, mengobok-obok tubuhnya, memasukan zat apapun ke tubuh itu, bahkan menyatakan berapa lama lagi harapan usia pasien. Pihak pasien yang jelas buta ilmu kedokteran, membaca resep pun ngga becus, merk obat pun susah mengejanya, jelas percaya saja sama dokter.
Saat ke rumah sakit, kita selalu dalam kondisi tak berdaya. Fisik lemah, mental hancur, stres, memikirkan berapa biaya akan keluar, kapan akan sembuh dan bisa kerja lagi, bisa menjaga anak lagi, dan seterusnya. Kondisi itu adalah kondisi nol, bahkan minus. Boro-boro bisa mikir panjang. Mengisi formulir rumah sakit saja serasa lebih susah dari ujian psikotest!
Dan kita memercayakan jiwa raga kita pada dokter, suster, pekerja lab, dan semua yang ada di rumah sakit.
Pakar hukum hapal betul semua ayat dan pasal, celah-celahnya, pandai bicara, argumen, logika, berkelit, memvonis, dan seterusnya. Kita manusia awam jelas buta hukum dan tak tahu apakah kalau bicara A akan melanggar pasal tertentu, bisa dihukum mati atau dicambuk saja. Pakar hukum merasa jumawa sebab mampu menentukan nasib hidup manusia lain yang buta hukum. Bisa langsung dor hukum tembak, penjara seumur hidup, atau sekedar dipermalukan masuk media sebagai tersangka.
Dokter dan pakar hukum, tolong gunakan nuranimu saat berhubungan dengan sesamamu. Kami memang buta ilmu kedokterdan dan ilmu hukum. Kejumawaanmu sudah cukup digdaya tanpa perlu ditunggangi kepentingan bernama uang dan gengsi.
Doa untuk Prita Mulyasai, sesama rakyat jelata, ibu, korban kebutaan nurani dokter dan pakar hukum.
Rabu, 03 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar