Selasa, 18 September 2007

PBB & Bank Dunia Kerja Sama Selamatkan Aset Korupsi Sedunia
Nograhany Widhi K - detikcom


New York - Dampak korupsi yang mematikan bak kanker membuat Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) dan Bank Dunia gerah. Mereka pun bekerja sama mengembalikan aset yang dicuri pemimpin korup.

PBB melalui organisasi UN Office on Drugs and Crime (UNODC) dan Bank Dunia meluncurkan kerjasama prakarsa Stolen Asset Recovery (StAR) atau pemulihan aset yang dicuri, Senin 17 September 2007, waktu New York, Amerika Serikat.

"Korupsi merusak demokrasi, melanggar hukum, mengikis kepercayaan publik dan mengarah pada kekerasan HAM. Korupsi bahkan dapat membunuh," ujar Sekjen PBB Ban Ki-moon dalam pidatonya saat peresmian StAR di markas besar PBB, New York, Amerika Serikat seperti dilansir dari www.un.org, Selasa (18/9/2007).

Ki-moon memberikan contoh korupsi bisa mematikan, seperti pada petugas medis yang korup dan memberikan pengobatan karena disuap. Atau petugas yang menerima suap dari teroris untuk bisa melakukan aksi terorisnya.

Diperkirakan antara US$ 1 biliun hingga US$ 6 biliun menguap di seluruh dunia karena korupsi per tahunnya. Jumlah itu plus seperempat produk domestik bruto (PDB) negara-negara di Afrika, senilai US$ 148 juta, yang juga turut menguap.

Pejabat-pejabat publik di negara-negara dunia ketiga menerima suap antara US$ 20 juta hingga US$ 40 juta yang setara dengan 20 persen hingga 40 persen dana bantuan pembangunan.

Sementara itu Presiden Bank Dunia Robert B Zoellick mengatakan dampak korupsi terhadap pembangunan sangat menghancurkan dalam skala yang besar. "Negara-negara berkembang itu susah payah mengeluarkan uang yang dibutuhkan untuk pengentasan kemiskinan," kata dia.

Zoellick mencontohkan mantan Presiden Nigeria Sani Abacha dan keluarganya yang mencuri uang rakyat sebesar US$ 3 juta hingga US$ 5 juta dalam waktu 5 tahun. "Jumlah itu setara dengan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dan kesehatan selama tahun 2006. Jumlah sebesar itu juga bisa memberikan pengobatan antiretroviral untuk 2 hingga 3 juta penduduk Nigeria yang menderita HIV/AIDS selama 10 tahun," kata dia.

Direktur Eksekutif UNODC Antonio Maria Costa mengatakan untuk mengembalikan aset yang dikorupsi sekaligus mencegahnya, PBB, Bank Dunia, dan negara-negara berkembang harus bekerja sama.

"Waktu itu penting. Korupsi bisa dideteksi segera setelah uang itu dicuri, sebelum para koruptor menghilangkan dalam pencucian uang skala internasional," ujar Costa.

Bank Dunia dan UNODC menyerukan 8 negara maju (G8) meratifikasi konvensi PBB melawan korupsi, di mana masih separuh negara G8 yang meratifikasi.

Konvensi itu, lanjutnya, mematahkan kerahasiaan bank yang dicurigai menjadi tempat koruptor menyimpan hasil curiannya, untuk kepentingan investigasi. Prakarsa StAR ini menekankan tidak ada tempat yang aman untuk menyimpan uang hasil korupsi maupun pencucian uang lintas negara.

Untuk diketahui, mantan Presiden Soeharto merupakan pemimpin dunia yang paling korup di mata PBB dan Bank Dunia. Selama 32 tahun berkuasa, Soeharto diduga telah mengkorupsi uang negara antara US$ 15-35 miliar.

Berikut daftar korupsi pemimpin-pemimpin dunia berdasarkan Transparency Internasional tahun 2004:
1. Soeharto, Presiden Indonesia 1967-1998, diperkirakan US$ 15-35 miliar
2. Ferdinand Marcos, Presiden Filipina 1972-1986, US$ 5-10 miliar
3. Mobutu Sese Seko, Presiden Zaire 1965-1997, US$ 5 miliar
4. Sani Abacha, Presiden Nigeria 1993-1998, US$ 2-5 miliar
5. Slobodan Milosevic, Presiden Serbia/Yugoslavia 1989-2000, US$ 1 miliar
6. Jean-Claude Duvalier, Presiden Haiti 1971-1986, US$ 300-800 juta
7. Alberto Fujimori, Presiden Peru 1990-2000, US$ 600 juta
8. Pavlo Lazarenko, Perdana Menteri Ukraina 1996-1997, US$ 114-200 juta
9. Arnoldo Aleman, Presiden Nikaragua 1997-2002, US$ 100 juta
10. Joseph Estrada, Presiden Filipina 1998-2001, US$ 78-80 juta.

(nwk/aba)
http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/09/tgl/19/time/040656/idnews/831593/idkanal/10



Swiss Siap Bantu PBB Membuka Rekening Hasil Korupsi
Nograhany Widhi K - detikcom


Jenewa - Swiss dikenal sebagai negara yang paling aman dalam menyimpan uang maupun harta. Privasi nasabah menjadi hal sangat rahasia dan haram dibocorkan pada pihak manapun. Peraturan ini tak ayal membuat Swiss menjadi surga koruptor untuk menyimpan hasil korupsinya.

Namun, prakarsa Stolen Asset Recovery (StAR) atau pemulihan aset yang dicuri yang digagas PBB dan Bank Dunia memuat Swiss bertekuk lutut. Swiss siap mendukung prakarsa StAR untuk pemimpin korup yang menyimpan uang di negaranya.

"Swiss selalu tertarik untuk memastikan dana kriminal tidak mengendap di sektor finansial," ujar Menlu Swiss di Jenewa, Swiss, seperti dilansir AFP, Selasa (18/9/2007).

Swiss setidaknya mengembalikan US$ 1,6 miliar dana yang diduga hasil korupsi pada negara asal akhir-akhir tahun ini. Namun, pengembalian itu membutuhkan waktu belasan bahkan puluhan tahun.

Filipina membutuhkan waktu 18 tahun mengembalikan US$ 624 juta yang dicuri mantan Presiden Filipina Ferdinand Marcos. Nigeria juga harus berjuang melalui pengadilan Swiss untuk mengembalikan US$ 700 juta, dari US$ 2 miliar uang yang dikorupsi mantan Presiden diktator Nigeria Sani Abacha dalam kurun 1993-1998.

0 komentar:

Categories

Blog Archive

Sembako Hari ini

Sembako hari ini
Beras 5.500
Telur ayam ras 13.500
Minyak goreng sawit 12.000
Gula pasir 6.600
Tepung terigu 7.700
Cabe merah keriting 20.000
Cabe merah biasa 18.500
Bawang merah 16.500
SKM cap bendera 7.800
Daging sapi 55.500
Kacang tanah 12.500

 

Sumber: Poskota

Blog sahabat





Pages

About Me

Foto saya
Penulis tuk diri sendiri, Internal Audit untuk Sebuah Perusahaan, Pencinta Puisi, Cerpen, Seorang Hamba yang berusaha, Menjadi Ayah yang baik untuk Quineisha & Qhaira, menjadi Insan Taqwa

Pengikut

Sample Text

IP

Unordered List

Popular Posts

Recent Posts



Website Hit Counter
Free Hit Counters

Text Widget