Guru, sangat berjasa pada kehidupan kita. Kita diajarkan mengenal huruf, mengeja angka, menyusun kata, merangkai kalimat, membangun pikiran, dan seterusnya. Sangat banyak hal-hal baik kita perdapat dari guru. Guru-guru kita tercinta yang mengapdi dengan tulus ikhlas.
Guru adalah sosok yang layak di beri perhatian lebih, sesosok yang harus di hargai, sabagai pahlawan bangsa, Tanpa tanda jasa. jadi inget lagu hymne guru "Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan, Engkau patriot pahlawan bangsa, Tanpa tanda jasa". Yup ditengah hiruk-ikuk Para birokrasi menaikan gaji, bertaolak belakang dengan nasib guru sampai saat ini masih memperihatinkan, itulah fakta yang saya lihat beberapa waktu yang lalu.
Ketika libur kerja, saya sempat berlibur ke tempat seorang sahabat di daerah malingping banten, disitu perkampungan yang cukup nyaman dan jauh dari hirukpikuk kehidupan kota, serta menjernihkan pikiran dari berbagai macam kesibukan sehari-hari, di desa ini saya melihat secara nyata bagaimana susahnya hidup di daerah.
Satu hal yang menjadi perhatian saya adalah, seorang guru sekolah dasar, sebutlah namanya Bapak AseP Saepullah, dia seorang pengajar di sekolah dasar di desa tersebut, kenapa saya begitu memperhatikannya, ketika saya sadang duduk bercerita dengan beberapa sahabat, mata ini secara tidak sengaja melihat pak asep, ini setelah pulang mengajar dari sekolah, Pak Assep segera mengganti baju, dan membawa gerobak untuk melakukan pekerja sampingan sebagai penjual Abu gosok.
hati ini sangat terpukul, dan miris melihat kejadian ini, melihat hal ini saya teringat dengan Almarhum kakek saya seorang guru SD juga, Kakek saya pernah bercerita tentang guru, karena kakek , kata kakek profesi guru dahulu sangat di hormati
Kata kakek saya, yang sudah Almarhum, Saat jaman penjajahan Belanda, status profesi guru memang sangat tinggi. Guru dipandang sebagai pemimpin masyarakat yang disegani dan mempunyai status ekonomi yang relatif tinggi. pada tahun 1920-an misalnya,guru mempunyai gaji sebesar 40 gulden. Suatu jumlah yang amat besar waktu itu, mengingat ungkapan pada masa kolonial mengatakan bahwa seorang inlander cukup hidup dengan segobang (2,5) sen sehari.
Pada masa penjajahan Jepang, status profesi guru juga masih terhormat. Para guru diberi julukan Sensei yang dalam kebudayaan Jepang mempunyai kedudukan sosial yang amat dihormati. Dalam masa awal perjuangan kemerdekaan, para guru juga dihargai karena mereka bukan saja mengambil peran amat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga ada yang ikut aktif menjadi tentara rakyat dan berperang mengusir penjajah.
Pascakemerdekaan sampai tahun 1950-an, citra dan status profesi guru dalam masyarakat juga masih tinggi. Para guru masih dilihat dan diperlakukan bukan hanya sebagai pendidik yang pantas digugu dan ditiru di sekolah, tetapi juga sebagai pemimpin masyarakat yang terhormat. Tingginya citra guru pada zaman penjajahan dan awal kemerdekaan di Indonesia berkait erat dengan citra masyarakat memandang profesi guru.
Pada masa itu, guru dicitrakan amat bagus karena berkait erat dengan status sosial (ekonomis, politis dan budaya) pemegang profesi yang bersangkutan dan kredibilitas professional para guru. Status ekonomi para guru pada waktu itu memang tinggi. Mereka mendapat imbalan jasa yang memadai untuk hidup sejahtera bersama keluarga.
Tapi kenyataan yang saya temui, ketika saya sempat berbincang kepada Pak Asep, bahwa gajinya saat ini hanyalah Sebesar Rp 300.000, dan dia hanya sebagai pegawai honorer setelah pengabdianya selama 17 tahun. sungguh ironi, dengan uang sebesar itu saat ini tidak lah cukup, uang sebesar itu kadang buat saya pribadi hanya untuk membeli pulsa HP. menyedihkan melihat kenyataan hidup di indonesia, dimana pejabat bergaji berpuluh-puluh Juta, sedang gaji guru hanya berapa ratus ribu rupiah.
penghasilan yang diperoleh pak guru Asep belum mampu memenuhi kebutuhan hidup harian keluarga secara mencukupi. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan dapur harus juga melakukan kerja sampingan lainnya, selain menjadi penjual abu gosok, terkadang pak asep ikut menjadi penggali makam/kuburan. sedih hati melihat hal itu.
Bersama dengan empat sahabat saya, saya mencoba memberi bantuan nyata keapada Bapak guru tersebut dengan memberikan Dua ekor Kambing dan empat ekor ayam, serta kandang ayam hasil karya kami berempat. saya berinisiatif memberikan kepada pak Assep, untuk meningkatkan kesejahteraannya. karena kami sangat terharu dengan beberapa cerita dari pak Asep. dan ketika memberikan kepada pak Asep, pak Asep begitu terharu, dan menangis, sambil mememeluk kami berempat. dan hal itu membuat saya menangis haru.
Pak guru Asep dalam perbincangan dengan saya menuturkan "saya sebagai guru Memantabkan tekad sebagai pengabdi negara untuk kepentingan anak didiknya ini tanggung jawab kepada bangsa dan Tuhan, kalau saya memikirkan hak terus, kasihan anak-anak disini tidak ada yang mau jadi guru nantinya bangsa ini akan bodoh" suatu perkataan yang ihlas dan tulus dari seorang guru bangsa. Bagi saya Bapak Guru Asep adalah Seorang guru besar dalam hidup saya, melebihi Guru besar dalam Universitas yang pernah mengajar saya di Kampus.
Karena guru besar di kampus tidak menunjukan ke besaran jiwa seperti pak asep, dimana pak asep selalu mengabdi dengan ikhlas, dan tulus untuk kemajuan bangsa ini. mengapa para pejabat terlalu asik dengan Urusan lainnya, dimana nurani para pejabat Department pendidikan tentang keberadaan guru seperti pak asep ini?
Kata Guru diambil dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi artinya harafiahnya adalah "berat" adalah seorang pengajar suatu ilmu. Mungkin sejarah indonesia banyak mencatat bahwa pekerjaan Guru itu adalah pengabdian karena Guru saat itu tidak bertujuan mencari NAFKAH,Tapi Bagaimanapun, kebutuhan seorang guru akan hidup yang layak adalah sama dengan profesi lainnya yang patut dihargai selayaknya. mereka mendapatkan gaji tuk dapur mereka. itulah pekerjaan mereka butuh ekonomi yang mapan agar dalam tugasnya mengabdi kepada Masyarakat. Mari kita hargai Guru-guru kita.
"Terimakasih kepada semua Guru yang pernah mengajarku dengan ihklas hingga mempunyai pengetahuan "
Rabu, 16 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar