Karena Sering Bias, Masyarakat Malaysia Boikot Koran Utama
Kuala Lumpur (ANTARA News) - Masyarakat Malaysia yang disponsori oleh Gerakan Anti Salah Maklumat (Gasak) akan memboikot beli koran-koran utama yang dikelola kelompok bisnis media Utusan Malaysia dan News Strait Times, karena dinilai sering membuat berita yang tidak berimbang dan membohongi masyarakat.
"Kami mulai kampanye untuk tidak membeli koran-koran seperti Utusan Malaysia, Berita Harian, Metro, News Strait Times, Kamis 29 November 2007. Cara ini cukup efektif ketika dilaksanakan tahun 1999 ketika masyarakat melawan tindakan kerajaan Malaysia soal pencopotan Anwar Ibrahim," kata Ketua Gasak Khalid Jaafar, kepada ANTARA di Kuala Lumpur, Minggu.
Beberapa aktivis politik dan LSM yang hadir pada peluncuran kampanye boikot koran-koran Utusan Malaysia dan News Strait Times ialah Dr Xavier Jayakumar, Wakil Ketua Angkatan Muda Partai Keadilan Amiruddin Sari dan wakil Middle Eastern Graduate Centre Mustaqim.
Aksi boikot untuk tidak membeli koran targetnya adalah semua produk percetakan dua kelompok bisnis Utusan Malaysia dan NSTP karena kedua-duanya "dibekingi" oleh UMNO dan BN (Barisan Nasional).
"Kampanye ini dilakukan setelah mendapati koran-koran terbitan mereka menyebarkan maklumat yang salah, atau berat sebelah, terutamanya isu-isu politik," kata Khalid.
Tiga tuntutan utama Gasak ialah "Hentikan informasi bohong, "Berita yang seimbang bagi semua pihak", "Kebebasan editorial".
"Industri media seharusnya bebas dan para editor tidak seharusnya mendapat tekanan pemerintah atau pemilik perusahaan. Ia tidak boleh dipengaruhi oleh siapa pun kecuali para editor itu sendiri," ujar dia.
Salah satu contohnya, jumlah demonstran yang ikut kampanye BERSIH yang menuntut Pemilu Jurdil, Sabtu 10 November 2007 di Kuala Lumpur.
Koran seperti Utusan Malaysia dan Berita Harian memberitakan jumlah massanya hanya sekitar 4.000 orang, tapi Al-Jazeera, Reuters, AFP memberitakan sekitar 30.000, bahkan harian Harakah milik partai PAS memberitakan massanya 100.000.
Kasus demontrasi sekitar 5.000 pendukung Hindraf (Hindu Rights Action Force), Minggu 25 November 2007 di Kuala Lumpur. Koran-koran seperti Utusan Malaysia dan Berita Harian esoknya memberitakan keganasan para demonstran.
Padahal pers asing seperti Al-Jazeera, Reuters, Suara Keadilan dan Harakah memberitakan keganasan polisi Malaysia terhadap demonstran.
Gasak akan menemui Anwar Ibrahim, Presiden PAS (Partai Islam Malaysia), Abdul Hadi Awang dan Ketua Umum DAP (Democratic Action Party) Lim Kit Siang bagi mendapat dukungan untuk mensukseskan kampanye ini.
Gasak pernah melakukan tindakan serupa tahun 1999 yang dinilai cukup efektif. Bahkan cukup banyak masyarakat Malaysia yang tidak mau beli koran-koran utama hingga saat ini, dan mencari informasi melalui internet termasuk Blog.
Oleh karena itu, kerajaan Malaysia sempat dibuat "pusing" dan "gerah" dengan informasi para blogger. Pengelola website Malaysia Today Raja Petra Kamarudin saat ini diseret ke pengadilan untuk membuat takut para pengelola Blog.
Tidak mau kalah, Menteri Penerangan Malaysia Zainuddin Maidin pada hari yang sama mengatakan akan memasang papan pengumuman di semua tempat umum untuk menempel koran-koran agar masyarakat dapat membaca sambil menunggu.
"Mulai awal tahun depan, papan yang berisi koran-koran ini akan dipasang di berbagai tempat umum," katanya.
Seorang pengamat media massa Malaysia Nasrullah Ali Fauzi MA mengatakan, langkah Gasak dan Menpen Zainuddin Maidin ini tidak terlepas dari pemanasan menjelang Pemilu yang sebentar lagi.
"Perang opini publik merupakan strategi dalam upaya memenangi Pemilu," katanya.
(*)
Copyright © 2007 ANTARA
http://antara.co.id/arc/2007/12/2/karena-sering-bias-masyarakat-malaysia-boikot-koran-utama/